Kamis, 06 Januari 2011

Laporan Fisiologi Tumbuhan


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
Oleh
O T N I E L
E 281 08 025











PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan

Oleh
O T N I E L
E 281 08 025








PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
HALAMAN PENGESAHAN
Judul           : Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan (Mengukur Potensial Air Pada Umbi Kentang, Mengukur Laju Transpirasi, Pengaruh Turgor Terhadap Membuka dan Menutupnya Stomata, Imbibisi, Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan , Pengaruh ZPT Terhadap Perkecambahan Biji, Mengukur Kadar Klorofil Dengan Spektrofotometer, dan Pemisahan Pigmen Fotosintetik Dengan Kromatografi Kertas).

Nama               : Otniel
Stambuk          : E 281 08 025
Prodi               : Agroteknologi
Kelompok       : 3 (Tiga)
Golongan        : Agroteknologi I
Fakultas           : Pertanian
Universitas      : Tadulako
                                                                                    Palu,  15 Desember 2009
Menyetujui,
Asisten Penanggung Jawab                                              Koordinator Asisten
 NURLAILA. USLAENI                                       MUH. IQBAL BUNTARAN                                     
 E 261 07 002                                                          E 261 06 001                                                            
Mengetahui,
Koordinator Dosen Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako



Dr. Ir. HENRI BARUS, M. Sc
Nip 196511051992031004
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih karunia dan perlindungan-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan lengkap ini tepat pada waktunya. 
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak   Dr. Ir, Hendri Barus, MP, bapak Prof. Dr. Ir,  Faturrahman, MP., dengan ikhlas membagi ilmunya, sehingga penulis dapat memperoleh sedikit ilmu yang dituangkan ke dalam laporan ini dan kepada kakak-kakak asisten yang dengan sabar membantu dan menuntun penulis selama berlangsungnya praktikum serta kepada teman-teman program studi Agroteknologi angkatan 2008 yang telah banyak memberikan support dan bantuannya selama praktikum dan pembuatan laporan ini.
Laporan Lengkap Fisiologi Tumbuhan disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Penulis menyadari, bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat kekeliruan baik dalam penulisan maupun penyusunannya.  Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan-laporan berikutnya.  Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, amin.
Palu, 15 Desember 2009

                                                                                                                                    penyusun
DAFTAR ISI
                                                                                                                                                                                                                                                         Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………..…………….        
HALAMAN JUDUL..................................................................................             
HALAMAN PENGASAHAN……………………………………………       
KATA PENGANTAR……………………………………..……………..       
DAFTAR ISI……………………………………………………………...        
DAFTAR TABEL………………………………………………………..        

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang………………………………………………………..          
1.2  Tujuan dan Kegunaan…………………………….………………….          
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Botani Kentang……………………………………………………..            
2.2  Transpirasi …………………………………..………...……………            
2.3  Potensial Air…………………………………………………………           
2.4  Imbibisi………………………………………………………………           
2.5  Turgor………………………………………………………………..           
2.6  Stomata………………………………………………………………          
2.7  Klorofil………………………………………………………………           
2.8 Pigmen-Pigmen Pada Tumbuhan…………………………………….           
2.9 Zat Pengatur Tumbuh…………………………………………………          
III.  METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat Dan Waktu…………………………………..………………           
3.2 Alat dan Bahan……………………………………..………...……...           
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil……………………………………………..…………………..           
4.2  Pembahasan………………………………………..…………………          
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan………………………………..........................................           
5.2  Saran………………………................................................................           
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No                                                       Teks                                                  Halaman

1.              Persentase Stomata Terbuka dan Stomata Tertutup pada Preparat
Daun Rhoeo discolor.........................................................................        
2.              Pengaruh Larutan NaCL Terhadap Berat Biji Kacang Hijau ..........           
3.              Presentase Biji Kacang Hijau yang Berkecambah dengan
Perlakuan Zat Pengatur  Tumbuh (ZPT) ..........................................         
4.              Perubahan  Panjang  Hipokotil  Dengan  Perlakuan  IAA................         
5.              Pengukuran Jumlah Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer
 padaDaunJagung(Zea mays)............................................................        
6.              Jenis Pigmen yang Tampak pada Kromatografi Kertas....................        

DAFTAR GAMBAR
No                                                         Teks                                                Halaman
1.    Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan
Pemberian Air dengan Perbesaran10x..............................................................
2.    Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan
 Pemberian Larutan Sukrosa 10 % dengan Perbesaran 10x............................

















I.              PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Stomata adalah lubang-lubang kecil yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup dan terdapat pada permukaan daun, biasanya stomata disebut juga dengan mulut daun. Stomata ini berfungsi sebagai alat pernafasan bagi tumbuhan, sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis serta sebagai jalan untuk penguapan (Transpirasi). Tanpa stomata tumbuhan tidak akan bisa hidup, karena itu stomata sangat berpengaruh penting terhadap kehidupan suatu tumbuh-tumbuhan (Lildahshiro, 2009).
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata Membuka menutupnya stomata tergantung pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan menyebabkan stomata menutup (Utamirubiyanto, 2009).
Tekanan turgor merupakan tekanan air pada dinding sel akibat perubahan kadar air dalam sel tumbuhan. Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar. Pada pembukaan stomata, stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut.  Tekanan turgor akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar air. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensial air lebih tinggi ke potensial air yang lebih rendah (Lena, 2009).
Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban. Imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Misal masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Potensial imbibisi adalah kemampuan atau besar energi tanaman untuk menyerap air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding sel akan mengembang (Arenlovesu, 2009).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu melekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 KPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Abdu, 2009).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik kompleks alami yang di sintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.  Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang tumbuh dan morfogenesis (Taji, Kumar dan Lakshmanan, 2002).
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.(Yoxx, 2008).
Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui.  Pengaruh auksin telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi Charles Darwin.  Dia melihat bahwa ketika benih rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu membelok ke arah datangnya cahaya, dengan mempergunakan penutup yang tidak tembus sinar.  Darwin berhasil menunjukkan bahwa tempat yang peka  terhadap cahaya adalah ujung apikal dari benih dan bukan bagian bawah tempat pembengkokan terjadi.  Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang mendorong pertumbuhan berfungsi seperti hormon, kemudian hormon ini diisolasi pada tahun 1928 dan diberi nama auksin.  Kemudian Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990) (Heddy, 2000).
Auksin merupakan hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan.. Auksin alami banyak terdapat di dalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, ujung koleoptil tanaman oat, umbi bawang merah dan air kelapa (Wikipedia, 2009).
Auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap pengembangan sel, phototropisme, geotropisme, apikal dominasi, pertumbuhan akar (root initiation), parthenocarpy, abisission, pembentukan callus (callus formation) dan respirasi (Anis, 2009).
1.2         Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu mempelajari pengaruh tugor terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata, menentukan kadar klorofil dengan Spektrofotometer, untuk mendeteksi jenis-jenis pigmen pada suatu tumbuhan, mengetehui pengaruh pada larutan terhadap proses imbibisi pada biji, untuk mengetahui berbagai zat pengatur tumbuh pada perkecambahan biji, dan untuk mengetahui pengaruh auksin (IAA) terhadap perkecambahan biji.
Kegunaan dari Prktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu dapat mengetahui tugor dapat mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata, dapat mengetahui kadar klorofil suatu daun dengan cara mengukur menggunakan spektrofotometer, dapat mengetahui kadar klorofil A dan B pada suatu daun tanaman dengan teknik pemisahan dengan menggunakan klomatografi kertas, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh suatu larutan terhap proses imbibisi pada biji, dapat mengetahui pengaruh dari berbagai zat pengatur tumbuh terhadap perkecambahan biji, dan kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh auksin alami (IAA) dalam proses perkecambahan biji.


II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Botani Kentang
Kingdom Palanteae, Divisi Spermatophyta, Kelas Dicontyledonae, Famili Solanaceae, Genus Solanum, Spesies Solanum tuberosum L.
Berdasarkan klsifikasi diatas, dikenal pula spesies-spesies kentang lainnya yang merupakan spesies liar, diantaranya Solanum andigenum L., Solanum anglegenum L.,  Solanum demissum L.). secara garis besarnya kentang dapat dibedakan menjadi 3 golongan sbb:
  1. kentang yang berumbi kuning (kulit dan dagingnya), disebut dengan kentang kuning (misalnya Eigenheimer, Patrones, Rapan 106 dan Thung 151 C.)
  2. kentang yang bermbi putih (kulit dan dagingnya), disebut dengan kentang putih (misalnya Donatam Radosa dan Sebago)
  3. kentang yang berumbi merah (kulitnya) dan berdaging kuning yang biasa disebut kentang merah (misalnya Desiree, Arka, dan Red Pontiac)
 Dari ketiga golongan kentang diatas, yang paling digemari adalah kentang kuning (Granola). Hal ini dikarenakan rasanya enak, gurih, dan gempi. Adapun kentang putih dan kentang merah umumnya tidak begitu disenangi karena rasanya yang agak lembek dan sedikit berair. Selain kentang Granola, varietas kentang lainnya yang banyak di tanam di Indonesia adalah kentang Atlantis, Cipanas, dan Segunung (www.id.wikipedia.org/kentang.htm)
  Habitus : Semak, semusim, tinggi ± 50 cm. Batang : Bulat, bentuk silindris, pucuk berbulu, hijau muda. Daun : Majemuk, bulal telur, berbulu, ujung meruncing, tepi rata, pangkal runcing, panjang 12-15 cm, lebar 6-8 cm, pertulangan menyirip, tiijau. Bunga : Majemuk, bercabang menggarpu, di ujung dan di ketiak daun, kelopak panjang 8,5-15 mm, hijau, keputih-putihan, mahkota pendek, bentuk lonjong, putih, benang sari melekat pada tabung mahkota.  Buah : bakal buah 2-6 ruang dengan banyak bakal biji, tangkai putik bentuk jarum, kepala pulik kecil. putih. Biji : Buni, bulat lonjong, kuning kecoklalan, Pipih, bentuk ginjal, kuning.  Akar : Tunggang, putih kekuningan  (Tjitrosomo dan     Siti Sutarmi, 1987).
2.2  Transpirasi
Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas
ke udara disekitar tumbuhan dinamakan tarnspirasi.  Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata (Sari, 2009).
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam: Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem, Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal,   Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu (Anonim, 2008).
Kegiatan transpirasi dipepengruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah: besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,  berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, Banyak sedikitnya stomata, Bentuk dan lokasi stomata.  Sedangkan Faktor-faktor  luar  yang mempengaruhi transpirasi: Sinar matahari (Sinar menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata jadi banyak sinar mempercepat transpirasi),  temperatur ( pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam daun), kelembaban udara, angin, keadaan air didalam tanah   (Anonim, 2009).
2.3  Potensial Air
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur metode air dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap (Hubungan antar potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmose karena osmose merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat tersedianya difusi dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmose (Retno, 2009).
2.4  Imbibisi
Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban. Imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Misal masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Potensial imbibisi adalah kemampuan atau besar energi tanaman untuk menyerap air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding sel akan mengembang (Arenlovesu, 2009).
2.5  Turgor
       Faktor yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara langsung bukan potensial air, tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor.  Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar. Faktor yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara langsung bukan potensial air, tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor, Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar, Pada tanaman yang tahan cekaman kekeringan, tekanan turgor daun tetap dipertahankan meskipun kandungan lengas tanah maupun air jaringan menurun. Hal ini terjadi melalui penurunan potensial osmotik daun yang disebut penyesuaian osmotic, Penyesuaian osmotik dapat dilakukan melalui akumulasi atau sintesis zat terlarut yang menurunkan potensial solut dan mempertahankan turgor sel. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel (Lakitan, 1993).
2.6  Stomata
        Aktivitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel pembantu. Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel mengendor pori/lobang menutup (Lakitan, 1993).
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya. Sel penjaga dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut yang mengakibatkan stomata membuka (Salisbury dan Ross, 1995).
       
Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga (Lakitan, 1993).
        Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba. Terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat terlaksana
(Salisbury dan Ross, 1995).
2.7  Klorofil
Klorofil adalah zat hijau daun yang terdapat pada tanaman, terutama tanaman tingkat tinggi, selain itu klorofil juga terdapat pada algae dan cynobacteria.  Nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu choloros berarti green (hijau), and phyllon berarti leaf (daun).  Kandungan klorofil yang tertinggi hanya terdapat pada daun yang tua, sedangkan pada daun muda kandungan klorofil masih rendah.  Oleh karena itu, semakin hijau daun pada suatu tumbuhan maka kandungan klorofilnya semakin tinggi (Anonim, 2009). 
Klorofil merupakan pigmen yang terdapat dalam kloroplast (butir hijau daun) yang fungsinya menangkap cahaya matahari pada panjang gelombang tertentu. Klorofil sangat berperan dalam proses fotosintesis.  Klorofil disintesis atau dibentuk di dalam kloroplas.  Terbentuknya klorofil sangat bergantung pada kondisi nutrisi yang terkandung dalam tumbuhan.  Unsur Mg merupakan salah unsur yang terpenting dalam pembentukan klorofil, karena Mg merupakan inti dari klorofil itu sendiri.  Bahan dasar pembentukan klorofil antara lain adalah : N, H, C,O dan Mg  (Wikipedia, 2009).
2.8  Pigmen pada Tumbuhan
Pigmen merupakan pewarna alami yang dapat dijumpai secara alami pada berbagai jenis mahkluk hidup. Pigmen yang banyak terdapat dalam teh adalah klorofil beserta turunannya, dan karoeten.  Klorofil mengekspresikan warna hijau. Turunan klorofil mengekspresikan warna hijau kekuningan dan kecoklatan sedangkan karoten warna kuning (Gilang, 2009).
2.9  Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh merupakan hormon sintetis yang diberikan pada organ tanaman yang dalam konsentrasi rendah berperan aktif dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.  Zat pengatur tumbuh ini memiliki berbagai fungsi dalam proses fisiologis tanaman diantaranya  mempercepat perkembangan dan pembesaran sel pada proses perkecambahan (Yoxx, 2008).

Menurut Yoxx (2008) bahwa ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.
III.  METODE PRAKTIKUM
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum Fisiologi Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas pertanian, Universitas Tadulako, Palu pada Hari Kamis, 05 November sampai dengan Kamis Tanggal 03 Desember 2009 Pukul 14.00 wita Sampai selesai.

3.2    Alat dan Bahan
       Alat yang di gunakan dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan adalah Mikroskop, objeck glass, cover glass, pipet tetes, kertas saring, cawan petri, silet, alat tulis menulis, spektrofotometer, sentrifuge, labu ukur, mortal, pastel, timbangan, pisau kater, gelas ukur, loop.  Bahan yang di gunakan yaitu Rhoeo diskolor larutan sukrosa 10%, aquades, alkohol 70%, daun jagung, daun nenas, daun coklat, daun mangga, biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), larutan Nacl dengan konsentrasi 4,0 M, 2,0 M, 1,0 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M, larutan IAA (0,01 ppm, 0,03 ppm, 0,05 ppm, 0,07 ppm, 0,09 ppm), 0,5 ppm caumarin, 7,0 ppm, 2,4-D, 0,02 ppm giberalin, 12,5 ppm urea,




IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
Berdasarkan hasil yang telah di lakukn, hasil sebagai berikut :
        Praktikum Modul III tentang Pengaruh Turgor Terhadap Membuka dan Menutupnya Stomata di peroleh hasil :

Gambar 1. Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan Pemberian  Air dengan Perbesaran 10 x.

Gambar 2. Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan  Pemberian Larutan Sukrosa 10 % dengan Perbesaran 10x.


Tabel 1 Presentase Stomata Terbuka dan Stomata Tertutup Pada Preparat Daun Bunga  Rhoeo discolor.

Perlakuan
Stomata Terbuka
Stomata Tertutup
Total stomata
Air
16
6
22
Sukrosa 10 %
20
2
22
a.         Kontrol Air
Persentase stomata membuka  x 100 %      
                                                                                                                         = 72,72 %
Persentase stomata menutup  x 100 %     
                                                                                                                         = 27,27 %
b.        Sukrosa 10 %
Persentase stomata membuka  x 100 %      
                                                                                                                         = 90,90 %
Persentase stomata menutup  x 100 %     
                                                                                                                         = 9,09 %












Tabel 2.  Pengaruh Larutan NaCL Terhadap Berat Biji Kacang Hijau

Perlakuan
Berat Awal (g)
Berat Akhir (g)
Selisih (g)
% Air Yang Masuk
Air (kontrol)
1,58
2,26
0,68
43,03
4,0 M
1,56
1,59
0,3
19,23
2,0 M
1,6
1,59
-0,01
0,62
1,0 M
1,62
1,71
0,09
5,55
0,8 M
1,60
2,4
0,8
50
0,6 M
1,59
1,74
0,15
9,43
0,4 M
1,44
2,2
0,74
51,38
         
Tabel  3.  Presentase Biji Kacang Hijau yang Berkecambah dengan Perlakuan Zat        Pengatur Tumbuh (ZPT)
Perlakuan
Jumlah Biji Yang Dikecambahkan
Jumlah Biji Yang Berkecambah
% Biji Yang Berkecambah
1
2
3
4
Kontrol (Air)
25
0
0
2
4
24 %
0,05 ppm Caumarin
25
0
0
0
0
0  %
7,0 ppm 2-4D
25
0
0
0
0
0 %
0,02 ppm Giberelin
25
0
0
0
0
0 %
12,5 ppm Urea
25
0
0
0
0
0%
a.       Kontrol air
Hari ke 1 =
Hari ke 2 =  
Hari ke 3 =  
Hari ke 4 =  
Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+8+16) % = 24 %
b.      0,05 ppm Caumarin
Hari ke 1 =
Hari ke 2 =  
Hari ke 3 =  
Hari ke 4 =  
Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %
c.       7,0 ppm 2 – 4D
Hari ke 1 =
Hari ke 2 =  
Hari ke 3 =  
Hari ke 4 =  
Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %
d.      0,02 ppm Giberelin
Hari ke 1 =
Hari ke 2 =  
Hari ke 3 =  
Hari ke 4 =  
Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %
e.       12,5 ppm Urea
Hari ke 1 =
Hari ke 2 =  
Hari ke 3 =  
Hari ke 4 =  
Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %
Table  4. Perubahan  Panjang  Hipokotil  Dengan  Perlakuan  IAA
Perlakuan IAA/ppm
Panjang Awal (cm)
Panjang Akhir (cm)
Selisih
Kontrol
3
3,14
0,14
0,01
3
4,14
1,14
0,03
3
3,64
0,64
0,05
3
3,26
0,26
0,07
3
3,62
0,62
0,09
3
3,38
0,38
Keterangan :
Panjang akhir : Rata-rata =
Selisih (cm) = Panjang Akhir – Panjang Awal
Tabel  5.  Pengukuran jumlah kadar klorofil dengan spektrofotometer pada daun jagung (Zea mays).

No
Daun
Panjang Gelombang
Kadar Klorofil

649
665
a
b
1
Jagung Muda
0,587
1,405
7,917
10,600
2
Jagung Tua
0,863
0,269
6,620
3,944
Daun jagung muda
Klorofil a         = 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649
                        = 13,7 x 1,405 – 5,76 x 0,587
                        = 7,917
Klorofil b        = 25,8 x OD 649 – 7,6 x OD 665
                        = 25,8 x 0,587 – 7,6 x 1,405
                        = 10,600
Total klorofil = klorofil a + klorofil b
                       = 7,917 + 10,600
                       = 18,517
Daun jagung tua
Klorofil a         = 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649
                         = 13,7 x 0,269 – 5,76 x 0,863
                         = 6,620
Klorofil b                    = 25,8 x OD 649 – 7,6 x OD 665
                         = 25,8 x 0,863 – 7,6 x 0,269
                         = 3,944
Total klorofil = klorofil a + klorofil b
                       = 6,620 + 3,944
                       = 10,564

Tabel 6.  Jenis Pigmen yang Tampak pada Kromatografi Kertas
No
Jenis Daun
Pigmen yang tampak
Jenis pigmen
1
Kakao muda
Kuning
Karotenoid
2
Kakao tua
Hijau
Antosianin
3
Nanas muda
Kuning
Karotenoid
4
Nanas tua
Kuning
Karotenoid
4.2           Pembahasan
4.2.1        Pengaruh Turgor Terhadap Membuka dan Menutupnya Stomata
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Laboratorium tentang pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata, dengan pengamatan yang menggunakan 2 perlakuan yaitu perlakuan air sebagai konrol dan perlakuan yang menggunakan sukrosa dengan konsentrasi 10%.
Pada perlakuan yang menggunakan air sebagai kontrol jumlah stomata yang terbuka didapatkan sebanyak 16 dan tertutup sebanyak 6 dengan persentase yang dihitung berdasarkan rumus yang ada, maka stomata terbuka sebesar 72,72% dan stomata tertutup 27,27%.  Sedangkan pada perlakuan yeng menggunakan larutan sukrosa jumlah stomata yang didapatkan terbuka sebanyak 20 dan stomata tertutup sebanyak 2 dengan persentase yang dihitung berdasarkan rumus yang ada, maka stomata terbuka sebesar 90,90 % dan stomata tertutup sebesar 9,09%.
Membuka dan menutupnya stomata penting dalam proses asimilasi CO2 dan keseimbangan air pada tanaman. Membuka menutupnya stomata tergantung pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan menyebabkan stomata menutup.
Untuk menghitung presentase jumlah stomata yang terbuka dan tertutup baik perlakuan control atau yang menggunakan konsentrasi larutan sukrosa 10%, digunakan rumus stomata terbuka/tertutup dibagi dengan jumlah selurus stomata yang didapatkan dikali dengan 100%.
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata  hingga  merapat.  Stomata  bekerja  dengan  caranya  sendiri  karena  sifat khusus  yang  terletak  pada  anatomi  submikroskopik  dinding  selnya   (Lukyati, 1999).
Membuka dan menutupnya stomata diantaranya ada yang disebabkan mekanisme turgor, akumulasi ion kalium, akumulasi asam absisat dan pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban maupun cahaya (Susilo, 1991).
Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritik. Hal itu mungkin disebabkan gradien uap yang tajam mendorong penutupan stomata, respon paling cepat terhadap kelembaban yang rendah terjadi pada saat tingkat cahaya rendah. Suhu tinggi (30 – 35 0C) biasanya menyebabkan stomata menutup. Mungkin hal ini sebagai respon tak langsung tumbuhan terhadap keadaan rawan air, atau mungkin karena laju respirasi naik sehingga CO2 dalam daun juga naik (Salisbury dan Ross, 1995).
4.2.2        Imbibisi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium tentang pengaruh imbibisi larutan NaCl terhadap proses perkecambahan biji kacang hijau selama 48 jam, dengan melakukan pengamatan setelah 24 jam.
Pada perlakuan yang menggunakan air sebagai kontrol berat awal 1,38 g dan berat akhir 1,39 g dengan selisih 0,1 g.  Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl dengan konsentrasi berturut-turut 4,0 M, 2,0 M, 1,0 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M memiliki berat awal berturut-turut 1,56 g; 1,6 g; 1,62 g ; 1,60 g; 1,59 g; 1,44 g dan berat akhir brturut-turut adalah 1,59 g; 1,59 g; 1,71 g; 2,4 g; 1,74 g; 2,2 g selisih dari berat akhir dikurangi berat awal dari konsentrasi larutan NaCl berturut-turut adalah 0,3 g; -0,01 g; 0,09 g; 0,8 g; 0,15 g; dan 0,74 g Untuk presentase jumlah air yang masuk berturut-turut adalah 43,03% control air, 19,23%; 0,62%; 5,55%; 50%; 9,43%; dan 51,38%.
Dari 2 perlakuan yang digunakan dengan air (kontrol) dan larutan NaCl dengan konsentrasi 4,0 M; 2,0 M; 1,0 M; 0,8 M; 0,6 M; 0,4 M selisih terbesar adalah konsentrasi 0,6 M dengan persentase jumlah air yang masuk adalah 16,2%.  Sedangkan selisih terkecil adalah konsentrasi 4,0 M dan 0,8 M.  Dari perbedaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar selisih penimbangan tiap konsentrasi larutan, persetase air yang masuk juga semakin kecil. Atau semakin besar konsentrasi larutan NaCl (garam) yang digunakan, penyerapan air bagi biji juga semakin kecil.
Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi NaCl yang terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga  dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik (Lukyati dkk, 1999).
Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah. Keadaan lingkngan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Disamping itu kecepataan tumbuh benih dapat menjadi pula petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh (Kuswanto, 1957).
4.2.3             Zat Pengatur Tumbuh
            Berdasarkan pengamatan terhadap perkecambahan biji kacang hijau yang dilakukan selama 4 hari, terlihat bahwa dari semua peralkuan yang ada yang sangat mempengaruhi perkecambahan biji adalah kontrol air.  Hal ini dapat dilihat dari jumlah biji yang berkecambah pada hari ke 3 yaitu 2 biji dan pada hari ke 4 yang berjumlah 4 biji.  Dengan perlakuan ini dapat kita ketahui bahwa kontrol air lebih berperan penting dalam proses perkecambahan biji dibanding dengan perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT).  Pada hari terakhir perlakuan kontrol air memperoleh 4 biji yang berkecambah.  Dari semua perlakuan yang digunakan jumlah terbanyak biji yang berkecambah adalah 4 biji pada hari ke 4 dengan perlkuan kontrol air dan  yang paling sedikit adalah 2 biji pada hari ke 3 dengan perlakuan kontrol air sedangkan dengan perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT) tidak ada perubahan atau perkecambahan biji dari hari pertama sam pai dengan hari ke 4.  Dari hasil di dapatkan menunjukkan bahwa proses perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan dan potensiair  pada zat tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti halnya lingkungan, tetapi juga oleh hormon yang ada didalam tanaman. Hormon bisa mempengaruhi tingkat produktifitas maupun kualitasnya. Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti : merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia. Maka hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman.  (Ganitri, 2009).
Kalau kita berbicara mengenai ZPT,  sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dinamakan hormon tanaman. Hal ini sangat penting karena sering terjadi kerancuan pengertian di masyarakat antara ZPT dengan hormon tanaman. Hormon berasal dari kata Yunani yaitu hormon yang berarti menggiatkan, merangsang, membangkitkan timbulnya suatu aktivitas.  Menurut Moore (1979) hormon adalah suatu zat /senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman, aktif dalam jumlah yang sangat kecil, disintesa pada bagian tertentu tanaman kemudian diangkut ke bagian lain dimana zat tersebut menimbulkan pengaruh khusus secara biokimia. Yang dimaksud hormon disini adalah Auxin, Giberelin, Cytokinin, ethylen dan ABA.  Sedangkan zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.  Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak.  Yang dimaksud dengan ZPT disini adalah 2,4-D, 2,4-S-T, IBA, NAA dan lain lain.  Penggunaan Zat pengatur tumbuh bila digunakan  dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi di bidang pertanian, dan berdasarkan berbagai macam penelitian maka ditemukan aneka ragam zat pengatur tumbuh yang dapat difungsikan sebagai herbisida untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu. ZPT dapat berubah fungsi menjadi racun bila dipakai melebihi kadar tertentu dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat dipergunakan sebagai herbisida.  Lebih lanjut didapatkan pula bahwa, zat pengatur tumbuh tertentu memepunyai sifat-sifat yang selektif sehingga gulma dapat dimatikan tetapi tanaman pokok yng dibudidayakan tidak terganggu.  Di era tekhnologi modern saat ini, ZPT yang banyak digunakan sebagai herbisida pemberantas gulma terutama adalah 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA atau MCP.  Pengaruh 2,4-D, 2,4,5 – S dan MPCA terhadap gulma bervariasi. Untuk pengaruh yang sama , penggunaan dosis MPCA biasanya lebih tinggi daripada 2,4-D. Saat ini diantara 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA  herbisida yang merupakan ZPT yang paling banyak digunakan adalah  2,4-D.  Herbisida jenis 2,4 -D ini sangat ideal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan.  Selain itu penggunaan Herbisida 2,4-D lebih populer pada lahan sawah dibandingkan yang lain karena mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya  dapat dipergunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan sawah, tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis alang-alang namun sangat ampuh dalam membasmi gulma berdaun sempit. (abdi, 2009).
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).  Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.  Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu Auksin, Sitokinin, Giberelin atau asam giberelat (GA), Etilena, Asam absisat (ABA), Asam jasmonat, Steroid (brasinosteroid), Salisilat, dan Poliamina.  (wikipedia, 2009)
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik.  Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti Abscisis Acid Insensitive 3 (ABI3), Fusca 3 (FUS3), dan Leafy Cotyledone 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti Gibberelic Acid 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.  Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.                               ( wikipedia,2009)
Tipe perkecambahan di bedakan menjadi 2 macam yaitu Epigeal atau perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah dan Hipogeal yaitu perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon tetap di dalam tanah.  Pertumbuhan diakibatkan oleh bermacam-macam faktor antara lain: suhu, sahaya, kelembapan, nutrien, zat hara, hormon dan gen.  Hormon yg mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain yaitu: Auksin.  Auksin dpt digunakan dlm memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan yg di sebut dgn partenokarpi.  Macam-macam auksin yaitu: Rizokalin untuk memacu pertumbuhan akar, kaulokalin memacu pertumbuhan batang, filokalin memacu pertumbuhan daun, dan antokalin memacu pertumbuhan bunga.  (Anonim 2009).
Macam-macam Zat pengatur tumbuh antar lain : Auksin (Giberexin, Rootune F) merupakan salah satu dari kelompok hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan sepanjang aksis longitudinal tanaman. Giberelin (Giberexin, Biggest, Gibracid, Synergib, Extragib) merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme. Sitokinin (NovelGrow) merupakan hormon tumbuhan turunan adenin dan berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem.  Ethylen (Prothephon) merupakan hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan buah.  (Ganitri, 2009).
Sitokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman.   Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel (cell division).  Cytokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan di Laboratories of Skoog and Strong University of Wisconsin.  Material yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batang tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintesis.  Menurut Miller et al (1955, 1956), senyawa yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine).   Hasil penelitian menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif. (Sugihantosa 2009).
4.2.4        Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
Hasil pengamatan pada hipokotil kacang hijau (Phaseolus radiatus) setelah diberikan larutan IAA yang berbeda konsentrasi dimana panjang awalnya yaitu 3 cm mengalami perubahan panjang dengan perendaman dalam waktu 2 x 24 jam.  Setelah dilakukan pengamatan dengan perlakuan IAA 0,01 ppm menunjukan perubahan yang paling besar diantara perlakuan yang lainnya dengan panjng awal 3 cm dan panjang akhirnya menjadi 4,14 cm sehingga selisihnya setelah dirata-ratakan yaitu 1,14 cm ataun dengan kata lain panjang hipokotil pada perlakuan ini bertambah sepanjang 1,14 cm dari panjang awalnya 3 cm.    Sementara itu, pada perlakuan IAA 0,05 ppm hanya mengalami perubahan panjang awalnya 3 cm dan panjang bakhirnya 3,26 cm.  Berdasarkan data dri tabel hasil pengamatan, kontrol air merupakan yang paling rendah perubahan panjangnya yaitu hanya bertambah 0,14 cm dari panjang semula 3 cm.  Namun, dalam pengamatan kali ini yang paling diprioritaskan adalah perububahan panjang hipokotil dengan perlakuan IAA (Auksin).
            Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh terhadap pembentukan akar, serta komposisi perlakuan (IAA) yang di lakukan mendorong pembentukan akar lebih panjang.  Pertumbuhan eksplan pada kultur jaringan dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis ZPT yang ditambahkan pada media.  ZPT (dalam hal ini auksin berupa IAA) berperan penting dalam memacu diferensiasi dan morfogenesis tanaman.         
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang di temukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).         (wikipedia, 2009).
Di dalam alam,  stimulasi auxin  pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman,  merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian  kebenaran  diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature test.
Menurut Larsen (1944), Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut  akti f dalam  menstimulasi  pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA.  Perubahan  tersebut menurut  Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi  IAA  Tryptamine  sebagai  salah satu zat organik, merupakan  salah  satu zat  yang  terbentuk  dalam  biosintesis IAA.  Dalam hal ini perlu  dikemukakan dalam  tanaman  fanili  Cruciferae  dan  merupakan  zat  yang dapat dikelompokan ke dalam auxin (Jones et al, 1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958),  Zat tersebut atas bantuan enzym nitrilase dapat membentuk auxin.  Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleethanol)  yang  terbentuk  dari  Trypthopan dalam biosin.   Thesis IAA adalah  atas  bantuan  bakteri (Rayle dan Purves, 1976).   Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di  dalam  tanaman mempengaruhi  pertumbuhan  tanaman.   Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah : Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin, In-aktifnya IAA sebagai  akibat proses pemecahan molekul. Sebagaimana diketahui, IAA adalah  endogeneous   auxin   yang  terbentuk  dari Trypthopan yang  merupakan  suatu  senyawa  dengan  inti  Indole  dan  selalu  terdapat  dalam  jaringan  tanaman di dalam proses biosintesis.  Trypthopan  berubah menjadi  IAA  dengan  membentuk Indole pyruvic acid dan Indole-3-acetaldehyde.  Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetid acid (IAA).   Sedangkan mengenai perubahan Indole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzym nitrilase prosesnya masih  belum  diketahui.    Pemecahan IAA  dapat  pula  terjadi di dalam alam. Hal ini sebagai akibat adanya photo oksidasi  dan  enzyme.   Dalam peristiwa photo oksidasi ini, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA.  Adapun pigmen yang berperan dalam photo oksidasi ialah Ribovlavin dan B-Carotene.  Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan  tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh  terhadap  Pengembangan sel, Phototropisme, Geotropisme, Apical, dominasi, Pertumbuhan akar (root initiation), Parthenocarpy, Abisission, pembentukan callus (callus formation) dan  Respirasi. Dari  hasil  studi tentang  pengaruh auxin terhadap perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu auxin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan  permeabilitas  sel terhadap air, menyebabkan pengurangan  tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein,  meningkatkan plastisitas  dan  pengembangan  dinding sel.  (Sugihsantosa, 2009)
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman di atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai berikut : auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. (Bioma, 2008).
Kogl, melakukan penelitian dengan cara membuang ujung koleoptil dan ternyata bagian bawah menunjukkan penurunan pertumbuhan yang nyata hingga berhenti. Tetapi jika ujung koleoptil dipotong dan diletakan dalam suatu blok agar (media pertumbuhan) selama beberapa jam dan ujung koleoptil tadi dibuang kemudian blok agar tersebut diletaklan pada ujung batang/koleoptil yang dipotong tadi akan menyebabkan pertumbuahn berjalan lagi. Hal ini menunjukan bahwa terdapat zat yang diproduksi di bagian ujung dan bergerak ke bawah yang mempengaruhi pertumbuhan. Zat ini oleh Kogl dinamakan auxin dari bahasa latin yaitu Auxein yang berarti tumbuh. (Hijauqoe, 2009)
            Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross  1995).  
4.2.5  Mengukur Kadar Klorofil dengan Spektofotometer
Dari hasil pengamatan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Mengukur Kadar Klorofil dengan Spektro Fotometer diketahui bahwa kandungan klorofil pada daun tua lebih besar dibandingkan dengan daun muda. Kandungan klorofil A pada daun tua adalah 7,917 sedangkan kandungan klorofil A pada daun muda adalah 6,620 . Kandungan klorofil B pada daun tua adalah 10,620 sedangkan kandungan klorofil B pada daun muda adalah 3,944.
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Kandungan klorofil yang tinggi terdapat pada daun yang tua dengan klorofil total berkisar 86,2 nm, sedangkan pada daun yang muda nilai klorofil totalnya adalah 22, 99 nm.  Ternyata, semakin hijau daun maka kandungan klorofilnya semakin tinggi (Wikipedia, 2009).
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan.  Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.  Klorofil menyerap cahaya dan kemudian cahaya tersebut akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis (Wikipedia, 2009).
Pembentukan klorofil seperti halnya pembentukan pigmen-pigmen lain yaitu dibawa oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom, jika gen ini tidak ada maka tanaman tampak putih belaka. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b). Klorofil dapat dibentuk dengan tiada memerlukan cahaya.  Terlalu banyak sinar matahari sangat berpengaruh buruk terhadap klorofil.  Oleh karena itu, tanaman juga memerlukan unsur-unsur seperti Mn, Cu, Zn untuk dapat menghasilkan klorofil yang tahan terhadap radiasi sinar matahari (Arkansape, 2009).
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Anonim, 2009).
Faktor utama yang dapat mempengaruhi penuaan adalah kandungan nutrien mineral daun, namun nutrien yang terbatas sering didistribusikan ke daun yang lebih muda atau aktif, hal ini mengurangi laju fotosintesis pada daun tua. Absorbsi klorofil terhadap panjang gelombang berbeda-beda dan dipengaruhi adanya klorofil yang terdapat pada suatu tanaman berbeda. Pada klorofil a absorbsi yang terbesar diperoleh antara panjang gelombang 390-400 nm dan 650-700 nm. Sedangkan pada klorofil b absorbsi terbesar pada gelombang antara 400-450 nm dan 620-670 nm. Hal ini dapat dilihat pada daun yang memiliki daya absorbsi dengan panjang gelombang berkisar pada panjang gelombang yang mampu diserap oleh klorofil a yang ada pada daun segar yang banyak terdapat zat hijau daunnya (Lakitan, 2001).  
4.2.6  Pemisahan Fotosintetik dengan Kromotografi Kertas
Dari hasil pengamatan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Pemisahan Pigmen Fotosintetik dengan Kromatografi Kertas diketehui bahwa daun kakao muda mengandung pigmen jenis karotenoid karena memperlihatkan warna kuning yang dominan pada kertas. Sedangkan pada daun kakao tua mengandung pigmen jenis antosinin karena memperlihatkan warna hijau yang dominan pada kertas. Namun pada daun nanas baik yang muda maupun yang tua sama-sama menampakkan warna kuning yang lebih dominan sehingga dapat diketahui kalau daun nenas mengandung jenis pigmen karotenoid.
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Proses secara fisik sangatlah berbeda dengan fluores cent, phosphorescence dan bentuk lain dari luminescence, yang mana materi tersebut dapat mengeluarkan cahaya dengan sendirinya. Berkebalikan dengan teori warna cahaya, di dalam teori pigmen sensasi putih dianggap sebagai absennya seluruh pigmen (Wikipedia, 2009).
Selain menghasilkan metabolit primer, tumbuhan juga menghasilkan metabolit sekunder. Metabolit sekunder dapat berupa zat bioaktif dan pigmen. Pigmen merupakan molekul khusus yang dapat memunculkan warna. Pigmen mampu menyerap cahaya matahari dengan menyerap dan memantulkannya pada panjang gelombang tertentu. Molekul pigmen yang berbeda akan memantulkan warna tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan reaksi kimia yang berbeda. Zat warna alami dapat diperoleh dari tanaman atau hewan dan warna alami ini meliputi pigmen yang terdapat dalam bahan atau terbentuk pada proses pemanasan, penyimpanan atau pemrosesan. Aman dan tak berefek samping jika di konsumsi, seperti klorofil, karetenoid, antosianin, brazilein, tanin dan lain-lain. Zat warna atau pigmen terdapat secara alami dalam sel makhluk hidup terutama tumbuhan. Pigmen biasanya terdapat dalam vakuola atau organel tertentu dalam sel tumbuhan    (Anonim, 2009).
Jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flavonoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, asam fitat, monoterpen, fitoestrogen, sulfida, inhibitor protease (Wikipedia, 2009).
Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi energi kimia (Anonim, 2009).
Klorofil dapat menerima sinar, dan dapat mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan.  Korofil a tampak hijau tua tetapi jika sinar direflesikan tampak merah muda darah.  Dalam kloroplast terdapat pigmen karotenoid.  Karotenoid sendiri terdiri atas dua golongan yaitu golongan karotin dan karotinol.  Karotinol inilah yang memberikan warna kuning pada tanama  (Daris, 2009).
Pigmen merupakan pewarna alami yang dapat dijumpai secara alami pada berbagai jenis mahkluk hidup. Pigmen yang banyak terdapat dalam teh adalah klorofil beserta turunannya, dan karoeten.  Klorofil mengekspresikan warna hijau. Turunan klorofil mengekspresikan warna hijau kekuningan dan kecoklatan sedangkan karoten warna kuning (Gilang, 2009).









V.                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1   Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.   Membuka dan menutupnya stomata diantaranya ada yang disebabkan mekanisme turgor, akumulasi ion kalium, akumulasi asam absisat dan pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban maupun cahaya.
2.   Konsentrasi larutan sukrosa 10% mempengaruhi terbuka dan tertutupnya stomata.
3.   Pada konsentrasi air (kontrol) jumlah stomata tertutup lebih banyak dari pada jumlah stomata dengan larutan sukrosa konsentasi 10%.  Sebaliknya konsentrasi air (kontrol) jumlah stomata terbuka lebih banyak dari pada jumlah stomata dengan larutan sukrosa konsentrasi 10%.
4.   Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol.
5.   Perlakuan konsentrasi sukrosa yang menghasilkan rata-rata panjang terkecil adalah 0,8 M dan terbesar adalah 1,0 M.
6.   Perlakuan konsentrasi sukrosa yang menghasilkan selisih panjang terkecil adalah 0,2 M dan terbesar adalah 0,8 M.
7.      Bahwa proses perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan dan potensiair  pada zat tersebut.
8.      Perlakuan air sebagai kontrol mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkecambahan biji di banding perlakuan ZPT
9.      Tipe perkecambahan di bedakan menjadi 2 macam yaitu Epigeal atau perkecambahan yg mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah dan Hipogeal yaitu perkecambahan yg mengakibatkan kotiledon tetap didalam tanah. 
10.  Kandungan klorofil yang tinggi terdapat pada daun yang tua dengan klorofil total berkisar 18,517 nm, sedangkan pada daun yang muda nilai klorofil totalnya adalah 10,564 nm.
11.  Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya.
12.  Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b).
13.  Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata.
14.  Jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, antosianin, flavonoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, asam fitat, monoterpen, fitoestrogen, sulfida, inhibitor protease.
15.  Pigmen antosianin merupakan pigmen bewarna hijau dan pigmen karotenoid merupakan pigmen berwarna kuning.
5.2   Saran
 Saran kami selaku praktikan adalah untuk praktikan selanjutnya adalah untuk kelancaran praktikum, ketertiban dalam ruangan perlu ditingkatkan.













DAFTAR PUSTAKA
Abdi, 2009.  Zat Pengatur Tumbuh.  http://www.tanindo.com
              Diakses Senin, 23 November 2009
Anis, 2009. Cara Kerja Hormon Auksin, Tiroksin dan Fungsinya.   http://id.answers.yahoo.com.
  Diakses Senin 23 November 2009

Anonim, 2009.  Tipe Perkecambahan.  http://www.profiles.friendster.com
              Diakses Senin, 23  November 20009
             , 2009. Kloroplas dan Fotosintesis http://www.fp.unud.ac.id.
   Diakses Senin, 07 Desember 2009.

             , 2009.  Kromatografi Kertas. http://www.idonbiu.com/
   Diakses Sabtu, 05 Desember 2009.  

             , 2009.  Kromatografi. http://www.scribd.com/.
               Diakses Sabtu, 05 Desember 2009.  

Arenlovesu, 2009. Imbibisi Biji. http://arenlovesu.blogspot. com/.
   Diakses Rabu, 11 November 2009.

Arkansape, 2009.  Kadar Klorofilhttp://arkansape.blogspot.com/
  Diakses Minggu, 06 Desember 2009. 

Bioma, 2008.  Auxin.  http://mybioma.wordpress.com
              Diakses Senin, 23 November 2009
Daris A, 2009.  Fungsi Klorofil Dan Karotenoid.. http://www. isfinational.or.id/.  Diakses Senin, 07 Desember 2009.

Fahruddin, R., 2007. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius, Jakarta.

Ganitri, 2009.  Sekilas Tentang Hormon dan ZPThttp://ganitri.blogspot.com
              Diakses Senin, 23 November 2009
Gilang, 2009.  Pigmen Fotosintetikhttp://www.gilang-blog.co.cc/
  Diakses Senin, 07 Desember 2009.

Heddy, 2000.   Hormon tumbuhan.  RajaGrafindo Persada, Jakarta
Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Bandung.
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan                       jaringan. Bina Aksara. Jakarta.
Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI, Yogyakarta.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.   Jakarta.
Lakitan, 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lukyati, Betty, dkk. 1999. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: FMIPA UM, Malang.

Rukmana, R., 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Jakarta.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi    Keempat. ITB-Press, Bandung.

Sugihantosa, 2009.  Auxinhttp://sugihsantosa.atspace.com
              Diakses Senin, 23 November 2009

Susilo, W. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa, Bandung

Wikipedia, 2009.  Auxinhttp://id.wikipedia.org
              Diakses Senin, 23 November 2009
­
                , 2009.  Klorofil.  http://id.wikipedia.org/.
  Diakses Minggu, 05  Desember 2009.

______  , 2009. Kunyit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit.
  Diakses Jumat, 04 Desember 2009.

                , 2009. Kurkumin. http://id.wikipedia.org/wiki/Kurkumin.
  Diakses Jumat, 04 Desember 2009.

                , 2009. Pigmen. http://id.wikipedia.org/wiki/Pigmen.
  Diakses Jumat, 04 Desember 2009.

                , 2009.  Klorofil.  http://id.wikipedia.org/.
  Diakses Minggu, 06 Desember 2009.

                , 2009. Fotosintesis. http://id.wikipedia.org/
  Diakses Minggu, 06 Desember 2009.

                , 2009.  Perkecambahanhttp://id.wikipedia.org
               Diakses Senin, 23  November 20009
                , 2009.  Hormon Tumbuhan. http://id.wikipedia.org
               Diakses Senin, 23  November 20009